Pemerintah Amerika Serikat pada khususnya, menggelar investigasi asal virus Corona, salah satunya teori COVID-19 bocor dari laboratorium. China juga dianggap kurang transparan sehingga sebuah cara diketengahkan, yaitu dengan uang suap.
David Asher, mantan koordinator pelacakan virus Corona di era pemerintahan Presiden Donald Trump, menyebut bahwa uang dalam jumlah besar mungkin diperlukan agar ada ilmuwan China yang mau berkhianat dan membuka semua hal tentang virus Corona.
"Bagaimana dengan memberi uang USD 15 juta pada ilmuwan pertama di Wuhan Institute of Virology yang membelot ke Amerika Serikat atau Australia?" katanya, seperti dikutip detikINET dari ABC, Jumat (16/7/2021).
"Ada cara untuk memainkan perang dingin dengan pintar. Saya kenal banyak orang China dan bicara dengan mereka. Mungkin mereka bertaruh nyawa untuk berbicara dengan kita, namun mereka mau melakukannya," lanjutnya.
Menurutnya, meskipun China adalah negara totaliter, bukan berarti informasi di sana tidak bisa ditembus untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada awal mula pandemi Corona. Dr Asher dan sejumlah pejabat AS memang meyakini virus Corona ini mungkin saja bocor dari lab Wuhan.
"Saya pikir ini adalah (karena) ada bencana di lab, ada kecelakaan biologi. Mereka menutup-nutupinya," demikian tudingannya dalam dengar bicara di Kongress belum lama ini.
Namun demikian, sejauh ini seperti sudah disebutkan, tidak ada bukti sahih bahwa virus Corona bocor dari lab Wuhan atau lebih jauh lagi, dibuat di sana. Mayoritas ilmuwan sepakat virus ini kemungkinan besar berasal dari kelelawar.
Pemerintah China dan pejabat di lab Wuhan juga sudah berulangkali membantahnya. Namun ada yang meminta pihak China lebih transparan dalam membuka semua informasi terkait virus Corona tersebut.
source : https://inet.detik.com/science/d-5645809/mantan-pejabat-as-usul-ilmuwan-lab-wuhan-dibayar-agar-membelot