
Meskipun pandemi melanda dunia dua tahun ini, produsen kamera dan lensa cukup aktif dalam merilis kamera dan lensa baru. Kita sudah hampir memasuki pertengahan tahun 2021 dan dapat melihat tren di dunia kamera digital. Ada beberapa tren kamera yang saya amati dalam dua tahun belakangan ini yaitu kamera cinema, kamera hybrid dan kamera klasik.
Kamera Cinema
Kamera Cinema yang biasanya untuk syuting film biasanya memiliki fisik yang besar dan tidak dilengkapi oleh sistem autofokus. Lini kamera Sinema biasanya berdiri sendiri dan memiliki fitur menu yang berbeda dengan kamera fotografi tapi dalam dua tahun terakhir, perbedaan antara kamera Sinema dan Foto semakin tipis.
Akhir tahun 2020 yang lalu, Sony merilis Sony FX6, kamera cinema dengan sensor full frame dan e-mount sehingga sinematografer bisa memasang lensa-lensa Sony E-mount untuk kebutuhan videografi. Selanjutnya di bulan Maret 2021 ini, Sony merilis Sony FX3, sebuah kamera cinema yang bentuk dan spesifikasinya sangat mirip dengan Sony A7SIII, hanya saja desain body-nya dan tata letak tombol agak berbeda menyesuaikan dengan kebutuhan sinematografer.
Di saat yang bersamaan, Canon juga merilis Canon EOS C70, sebuah kamera cinema dengan RF mount yang artinya dapat berbagi lensa dengan kamera foto Canon dan mendukung autofokus dan built-in ND filter. Yang menarik, bentuk EOS C70 ini menyerupai kamera DSLR daripada kamera cinema di masa lalu.
Kamera Hybrid untuk Kreator Konten
Hampir semua kamera foto di tahun 2020-2021 dibuat untuk kreator konten, yang bukan hanya menggunakan kamera untuk fotografi, tapi juga untuk videografi. Contohnya kamera compact Sony ZV-1 dan Panasonic Lumix G100, keduanya adalah kamera yang lumayan ringkas untuk content creator pemula.
Fujifilm yang sudah sangat berpengalaman membuat lensa Cinema dan broadcast selama bertahun-tahun juga tidak ketinggalan dengan merilis kamera Fujifilm X-S10 dan XE-4 yang keduanya memiliki spesifikasi video yang baik, misalnya mampu merekam video 4K 10 bit dan Full HD 240p. Ditambah lagi dengan Fuji GFX100S, kamera medium format yang dapat merekam video 4K tanpa crop.
Ada juga kamera unik seperti Sigma fp, yang bersensor full frame dengan L-mount dengan ukuran yang sangat mungil dan dapat dipasang dengan berbagai aksesoris atau rig. Kamera ini sempat populer di Jepang pada awal pandemi karena dapat digunakan sebagai webcam secara langsung tanpa aksesoris tambahan.
Yang tidak umum yaitu kamera yang berbentuk kotak Lumix BGH1, kamera video yang ditujukan untuk content creator, livestreamer, dan biasanya menggunakan multi kamera untuk syuting di berbagai posisi dan situasi.
Ke depannya, sebagian besar kamera foto akan memiliki fitur video yang mumpuni, karena teknologinya semakin menyatu dan fitur video yang canggih akan membantu menaikkan daya saing kamera di pasaran.
Kamera klasik untuk fotografi
Meskipun kamera Hybrid sangat populer, masih ada beberapa produsen kamera yang membuat kamera khusus fotografi seperti Leica, Hasselblad dan Pentax Di tahun 2020, Leica aktif merilis varian Leica M10, diantaranya M10 Monochrom, M10R dan di tahun ini telah beredar rumor akan ada Leica M11 yang menggunakan sensor full frame 36MP dengan teknologi dan desain baru.
Setelah sempat tertunda selama enam bulan, Pentax akhirnya merilis Pentax K3 III, kamera DSLR APS-C. Di saat semua produsen kamera membuat kamera dan lensa mirrorless, Pentax tetap berkomitmen dalam mengembangkan kamera DSLR-nya.
Lama tidak terdengar setelah peluncuran kamera medium format mirrorless X1D, di tahun 2020, Hasselblad membuat kamera medium format Hasselblad 907X 50C dengan ukuran compact seperti kamera analog. Aktifnya produsen kamera klasik ini menandakan bahwa peminat desain kamera yang berjaya di era kamera film analog masih ada.
Masa keemasan foto dan videografi
Di tahun 2020 dan ke depan, kita telah memasuki era keemasan foto & videografi karena kamera yang tersedia sudah sangat melebihi kebutuhan dasar fotografer baik amatir maupun profesional.
Pilihan merk juga sangat banyak dan berkualitas. Sebagai gambaran, di tahun 2002, kamera digital hanya bisa membuat gambar 2 Megapixel dan video 320×240 selama 20 detik saja. Dalam dua puluh tahun, teknologi kamera digital berkembang dengan pesat.
Meskipun aktivitas masyarakat banyak yang terganggu akibat pandemi, tapi produsen kamera terus menerus merilis kamera dan lensa berkualitas tinggi. Tantangannya adalah apakah kita sebagai content creator (foto-video) dapat memanfaatkan kecanggihan kamera dan lensa yang tersedia saat ini?
source : https://inet.detik.com/fotostop-news/d-5573440/tren-kamera-selama-pandemi-melanda?tag_from=wp_nhl_5